Oleh Dr. Muhammad AR. M.Ed
Saya bukan orang yang ahli dalam bidang ekonomi dan bukan pula ahli dalam bidang keuangan negara. Namun ketika semua orang yang sangat ahli atau mahir dalam bidang ekonomi, apakah mereka tidak berani atau terlupa untuk memberikan nasehat atau solusi kepada pemerintah, bagaimana caranya menghindari keterpurukan sebagaimana yang kita rasakan selama ini. Semua orang tahu sekarang ekonomi negara sedang hancur dan tidak mungkin bertahan lama apalagi keadaan pandemic 19 ini tidak ada tanda-tanda berakhir. Kabarnya devisa negara-pun akan tinggal tem soh.
Mungkin kalau solusi ini diminta pendapat atau ditanya kepada orang perempuan, pasti mereka akan berujar, kita berhutang saja kepada negara luar, atau kita jual saja asset negara kepada negara asing. Selesai masalah buat sementara! Karena orang perempuan biasanya tidak bisa bertahan lama untuk menghadapi persoalan yang rumit atau genting. Mungkin beginilah situasi dan kondisi yang tengah dan akan dihadapi oleh bangsa ini sekarang.
Berapa lama lagi negara bisa membayar gaji ASN, gaji anggota Polisi dan gaji anggota TNI kalau devisa negara sudah mencapai titik nadir. Namun yang tidak habis pikir dengan situasi negara yang sedang morat-marit begini, infra struktur, jalan tol, dan pos-pos yang tidak diperlukan yang menguras keuangan negara masih saja dipertahankan. Misalnya posisi wakil menteri, posisi BPIP, dan jalan tol pun harus distop pengerjaannya karena lebih banyak rugi ketimbang labanya dan pos-pos terterntu yang ada di DUMN serta semisalnya.
Kita, bangsa Indonesia dewasa ini, sedang menghadapi dua hal yang tidak dapat dihindari, yaitu Covid-19 yang tidak mengenal siapa saja yang akan menjadi mangsanya dan keterpurukan dalam bidang ekonomi dengan hutang luar negerinya hampir mencecah 6000 triliun. Hari ini (Senin, 8 Februari 2021) kalau kita lihat laporan tentang Covid -19 di Aceh adalah 9.312 positif, 7.678 sembuh dan 377 orang meninggal dunia. Ini khusus untuk Aceh saja, belum lagi secara nasional yang saban hari orang meninggal karena wabah ini semakin berlipat ganda. Juga belum disebutkan secara internasional yang semakin hari semakin banyak orang yang meninggal dunia karena menderita Covid-19. Namun jika kita melihat penduduk dunia tidak nampak adanya kegusaran dan kegundahan dengan penyakit yang mematikan ini.
Apa artinya semua ini? Maknanya manusia ini keras kepala (stubborn) dan cepat sekali lupa akan kepedihan dan kesengsaraan. Mereka tidak bertuhan dan tidak mau mengakui kuatan Allah azzawajalla. Seharusnya manusia semakin dekat dengan Allah dan semakin patuh kepada-Nya dan thaat kepada Allah swt setiap waktu lewat pengabdian dan ketundukan kepada-Nya. Celakanya, mereka semakin ingkar.
Diantara solusi yang harus dilakukan oleh seluruh komponen bangsa dalam rangka mengantisipasi keganasan Covid-19 dan keterpurukan ekonomi negara serta bebas dari hutang adalah :
Pertama, Taubat nasuha kepada Allah, mulai dari pemimpin tertinggi hingga rakyat jelata. Menurut kacamata agama tidak ada manusia yang tidak berdosa dan melakukan kekhilafan baik itu kekhilafan besar ataupun kecil. Jika ini tidak dilakukan, maka bala bencana ini tidak akan berakhir sebelum mayat-mayat bergelimpangan di seantero negeri. Ini semua karena kesalahan yang dilakukan oleh manusia internasional dan manusia nasional secara berjamaah, hampir merata di mana-mana. Makanya tobat-pun harus berjamaah dari seluruh sendi bangsa tanpa kecuali dengan syarat tidak mengulangi lagi kekhilafan tersebut.
Ada yang bertanya, apasih kesalahan kita sehingga kita harus bertobat? Jawabannya adalah kesalahan menyogok, menerima suap (uang haram), membela kemaksiatan, meminum arak, berzina, membunuh manusia yang tidak bersalah, menghukum orang yang tidak bersalah, tidak adil, menipu, membenarkan yang salah dan menyalahkan yang benar, mencaci Allah dan Rasul-Nya, mengancam manusia, menghujat, menghina, mencela, namimah, ghibah, fitnah, memperkosa, menelantarkan anak-anak, menelantarkan keluarga, manipulasi, kolusi, nepotisme dan sejenisnya. Semua ini tidak akan bersih dan suci atau terampun dari segala dosa kecuali dengan tobat nasuha.
Kedua, Kita tahu koruptor di Republik tercinta ini adalah dilakukan secara berjamaah yang dilakukan oleh gerombolan-gerombolan yang tidak memiliki hati nurani, mereka adalah kroni penguasa, mereka orang-orang dari partai-partai yang berkuasa, mereka adalah orang-orang yang tidak tersentuh hukum, mereka adalah penegak hukum, mereka adalah penjaga negara, mereka pelindung rakyat, mereka pembuat undang-undang dan pengayom rakyat, mereka adalah cukong-cokong yang menyogok pejabat dan penipu rakyat.
Makanya kalau ada niat baik penguasa di Republik ini, silakan obrak abrik harta koruptor BLBI, harta koruptor Bank Century, harta koruptor Asuransi Jiwas Raya, harta koruptor ASABRI, harta Djoko Tjandra, harta Jaksa penerima sogok, harta Hakim Mahkamah Agung yang menerima sogok, dan harta Jendral Polisi yang tersangkut kasus Joko Chandra, harta koruptor kasus E-KTP, harta koruptor kasus Hambanglang, harta Kasus Penggelapan Pajak, harta kasus Pembobol Bank BNI Kebayoran Baru, Oktober 2002, harta Korupsi kasus benur di Kementerian Kelautan, Eddy Prabowo, harta kasus pencuri Dana Bansos, Juliarai Peter Batubara dan kawan-kawannya, harta Eddy Tansil kasus Kredit Macet bank Bapindo, harta kasus korupsi Pelindo II, harta kasus korupsi Kota Waringin Timur, baik yang sudah ditangkap dan sudah diputuskan hukumannya atau yang masih buron.
Negara bisa menyita semua asset mereka dan jadikan itu milik negara sehingga utang negara yang sudah menacpai 6000 triliun akan bisa dibayar dengan harta yang dirampas dari para maling tersebut. Saya kira ini mudah bagi penguasa kalau mereka mau menjalankan keadilan tanpa pilih kasih.
Ketiga, Jika mau berterus terang dan berkeinginan sungguh-sungguh yang pegang jabatan langgeng, yang berkuasa terus berkuasa, yang susah menjadi senang, yang senang menjadi tenang, maka berlaku adillah wahai semua pemimpin sejak dari pimpinan negara hingga ke pemimpin keluarga. Wahai penguasa, anggaplah semua lelaki tua adalah bapak-bapakmu, anggaplah semua lelaki muda sebagai saudara lelakikmu, anggaplah semua perempuan tua sebagai ibumu, anggaplah semua perempuan muda sebagai saudarimu, dan anggaplah semua anak-anak sebagai anak-anakmu, maka negara ini akan aman dan jauh dari huru-hara.
Lihat bagimana anda akan bersikap terhadap bapak-bapak-mu, ibu-ibumu, saudara dan saudari-mu serta anak-anak-mu. Pasti semua akan berubah dan menjadi lebih baik dan serta keharmonisan akan tercipta dari kampung, kecamatan, kabupaten, provinsi, hingga ke Negara-pun akan menemui keamanan dan kedamian .
Penulis adalah Ketua Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia-Aceh